Kamis, 30 Desember 2010

KITA : Hari Ini dan Esok

Hari ini aku dalam tanyamu
menjadi jawab
meski garis finis tak lagi genap separuh langkah
tarungku tak berkalung medali
aku mengevalusai durasi
dalam bingkai masa yang pasti
ternyata banyak mimpi hanya bisik- berisik belaka
karena bangkit yang tertunda mencipta petaka


Hari ini kau dalam tanyaku
menjadi jawab
mungkin kita sama
masih belum pasti warna darah di urat nadi
tak berwarna seperti mereka yang tunduk pada titah
biru seperti mereka yang angkuh duduki tahta
atau merah membara, mendidih
seperti mereka yanga melawan titah para pemegang tahta
di negeri yang harus segera berbenah


Sungguh, kita adalah jawaban dalam tanya tentang persada
yang masih menagih bhakti dalam luka-luka zaman dari tiap rezim
tahun-tahun hanya babak baru dalam arena yang tetap sama
perubahan adalah taktik dan tujuan
maka senja ini, mari kita purnakan dengan refleksi dan proyeksi
sebab esok bersama fajar baru
semua akan kembali kita mulai, beraksi dan bersaksi
Karena sebenarnya darah Kita MERAH...........

Rabu, 29 Desember 2010

Kau telah jadi sejarah

Malam ini...
masih seperti malam yang kemarin
di pupil matamu adaku tetap tak berbentuk
ingin sekali aku pertanyakan
tapi hening terlalu setia menjadi jawaban
aku merindumu...

dalam setiap dekapan
aku merasa tak sedang memelukmu
jiwamu,
entah sedang bersembunyi di lubuk yang mana
di hatiku ada gerimis
sementara hujan di luar sana tak mau reda
mungkin saja rinainya hendak meredam debar jantungmu
yang detaknya jelas bukan untukku

damba tak berbalas
meski hati telah cukup memelas

esok, semuanya akan bebeda
habis sudah kesanggupanku menghamba

malam ini, di dekat pagi
aku menyerah menimang harap
malam ini beberapa detik lagi
akan kuhentikan segala ratap

Karena akhirnya sebelum mentari terbit
kau telah jadi sejarah....

Sabtu, 25 Desember 2010

Asmara Tua yang Mengarat

Tahan!
Biarkan menggenang di mata sipitmu saja
jangan teteskan...
atau cerita ini tak akan pernah tamat

kau bukan penulis skenario
aku bukan seorang sutradara
pada episode yang tak pernah terencana
akon kita hanyalah kebetulan

kebetulan kau meniang di usang kisahmu yang lalu
kebetulan juga aku melumut di tembok kisahku dulu
nasib tragis memaksa kita mengampelas asmara tua yang mengarat
tapi roman tentang Romeo dan Juliet tak bisa kita rekonstruksi kembali

sebab kau bukan penulis skenario
dan aku bukan sutradara
entah siapa peninta dongeng yang kita perankan tanpa skrip
kau dan aku telah disutradarai waktu

adegan demi adegan adalah dialog ketidakpastian
Untuk aku, kau mengingkari mega
padahal kita samasama tahu deras atau pun gerimis
kau tetap hujan yang aku kenal karena gumpalannya

adegan demi adegan adalah dialog ketidakmungkinan
buatmu, aku rela menyangkal adanya kata-kata
padahal kita juga tahu
dalam bahasa apapupn
aku tetap sebaris kalimat yang kau hafal dari susunan kata

Keberadaan kita mungkinkah memiliki wujud
sementara kita hanya mampu mencipta ketiadaannya?

sudahlah!
jangan kau deraikan yang terlanjur menggenang
biarkan asmara tua yang pernah kita ampelas kembali berkarat
anggaplah itu sebagai rumah yang pernah kita singgahi saja
saat melaju di lintasan takdir dan akhir yang masih samar!

Jumat, 17 Desember 2010

Aku masih perempuan yang selalu tunduk pada bualanmu!

Ini yang kau tulis untukku
entah kapan ,tapi telah aku terima :


Katakan padaku
apa yang belum sempat disabdakan pujangga?
atas indahmu
------------jika kelopak bibirmu
telah diwakilkan oleh rekah mawar
di sejuk puisiku, pagi tadi
------------jika tajam bening bola matamu
telah diwakilkan
korona sang surya
di ranggas puisiku, siang tadi
------------jika paras ayumu
telah diwakilkan jajar warna bianglala
di teduh puisiku, senja tadi
------------jika lembut suaramu
hidup di antara hening yang kularik, malam ini?
tak usah kau jawab tanyaku yang benar-benar basa-basi
karena tak ada yang mampu mewakili indahmu
yang lebih indah dari segala bentuk keterwakilan
hingga sajakku berlabuh untukmu
di dermaga kagum para pengeja kata.....

[ Dan setelah puisimu habis kubaca
aku akan lelap penuh rasa bangga
dengan segala pujian yang kau bariskan
karena aku masih perempuan
yang selalu tunduk pada bualan-bualanmu
meski bait-bait yang sama pernah kau sandingkan
untuk gadismu sebelum aku
]

Sabtu, 04 Desember 2010

Imbas dari tak impas

Aku menuang segelas resah
dan kau meneguk ikhlas
tanpa desah
ketika ku balas
dengan kelu kesah
pun kau tetap pasrah

Hidup cuma sementara
jangan buat diri sengsara
jika tak dibenahi segera
sukaku dukamu tiada setara

Bila hanya perih
yang ku beri
mungkinkah kasih
menjadi seri
sebab imbas
dari tak impas
hanya mampu gauli cemas
lenyap cinta menjadi lekas
walau mungkin ada bekas!