Kamis, 19 Agustus 2010

Doa Menjelang Miladku

Jika panjang umurku hingga esok,
sungguh tak sanggup kuhitung bilangannya
tidak karena takut hampir renta
sebab senja usia tak dapat dicegah

aku hanya digelisahkan dosa
dan nyatanya makin jauh pangkal lahirku
didekat ujung akhirku
sedang antara pahala dosa
tak mampu kutaksir
imbangkah bila ditimbang?

Ya Rabb...
entah kenapa aku takut pada angka
yang pasti genapi masaku?
KAU tahu sampai kapan tapi aku tak tahu...
yang kumengerti rapat jarak
dengan hidup ini kian renggang

Ya Rabb...
Bila ajal nanti terkecup
bekal yang terbawa
telahkah cukup?

Kuhantar nistaku digelaran sajadah ini
memohon belas kasihMU
usaikan kisahku kelak
dengan Khusnul Khotimah...
AMIN...

Temukanlah Selain Dia (Untukmu Yang Setia pada Kesiasiaan)

Masih juga kau tantang waktu
mengukur dalamnya cinta
lewat panjang jarak penantian

langit bahkan telah memberimu tanda
dengan mendungnya
betapa hujan pasti mengguyur di hatimu

kesetiaanmu tak akan berujung
pada sua
yang tetap saja terpasung
dalam mimpi kosong

memiliki dan dimiliki tak harus jadi kiblat untuk rasamu

Temukanlah selain dia,
barangkali ada kasih Tuhan
yang DIA titipkan hanya untukmu
pada satu jiwa yang lain...

Selasa, 17 Agustus 2010

Aku "bebas" memberi judul apa saja ( Kemerdekaan Penyair)

Hari ini...
65 tahun
katanya kita telah merdeka

Huh! yang benar saja
apa kalian paham tentang merdeka?

Merdeka artinya bebas, kata guruku

Ohh...jadi,
Pejabat bebas korupsi maksudnya?
Hukum bebas di beri harga juga?

Bukan ya?
rakyat bebas menderita?

Masih bukan?
Hmm...segala bentuk eksploitasi
dari tanah sampai tubuh
bebas dilakukan
atas nama provit
walau negara digadai?

Salah lagi?

Yang benar,
Merdeka itu artinya bebas dari segala bentuk penjajahan
dan sejahtera secara universal...

Ooo, gitu ya...
Jadi hari ini apa yang nanti dirayakan?
Kita kan belum merdeka?
Au ah, gelap :-P

Sabtu, 14 Agustus 2010

Pulanglah, Dik!

Pulanglah dik!
tak perlu jika tak mau pikirkan kami
tapi kau kesayangan ibu
air matanya terlalu banyak untukmu
renungkanlah tentang itu
bila angkuhmu tak juga surut...

Pulanglah dik!
tak usah jika tak mau pedulikan kami
tapi kau putra tunggal
dari pemilik rahim
yang kita panggil ibu!
lebih dari 20 tahun
keringatnya diabdikan untuk hidupmu
sadarilah itu jika aroganmu tak jua melebur...

Di mana kami harus berdiri
di antara kau dan ayah
pada tiap pertengkaran
jika lapang ego tak memberi celah
tuk kami tengahi?

Seperti Ramadhan kemarin,
sesunggukkan ibu
juga terduga tak mampu menahan pergimu...
Shubuh tadi sedunya menyayat ketika sujud
tapi aku ragu bila kau merasa meski berharap!

Ayah tak membencimu...
dia hanya menyayangimu
dengan cara yang tak kau suka
dan seperti itu juga
dia mengasihi kami.

Pulanglah dik!
tanpamu, kami tak mungkin utuh...

Minggu, 01 Agustus 2010

Entah Ini Puisi Atau Bukan

Entah ini puisi atau bukan...
aku hanya ingin menulis
tak peduli akan berujung di mana,
asal aku menulis

Entah ini puisi atau bukan...
untuk apa kupikirkan
masa bodoh nanti tentang apa
yang penting aku menulis

Entah ini puisi atau bukan...
aku ingin menulis saja
karena aku telah letih berpikir
tentang keadilan yang terbeli
tentang para penjilat negeri
tentang anjinganjing birokrasi yang korup
dan tentang pemerataan yang diperdebatkan
hanya demi menutupi ambisiambisi tuk berkuasa
1000 kali aku berpikir,
hasilnya hanya seperti sampah di hati dan otakku
tak ada yang berubah di negeri ini!
jika cuma aku yang berpikir!

Telah cukup aku berpikir
dan aku tetap orang bodoh yang tak berdaya bila sendiri

Entah ini puisi atau bukah...
biarkan saja aku menulis,
barangkali ada jiwajiwa acuh
akan tergugah karena tulisanku dan berkata,
''Mari kawan, kita samasama berjuang untuk tumpah darah ini"
ahh, smoga saja!

Kan Kujemput Kau Selepas Senja (Antara Aku dan Gelap)

Aku tahu sayang...
kau ada memang untukku
persetan, walau kata orang
kau simbol petaka
cinta ini tetap mengental hingga denyut waktu berhenti!

Meski kita terpisah karena dindingdinding beton
dan neon di plafon kamarku mengusirmu
adamu tak pernah beranjak
sebab kita masih bisa saling mengintip
lewat bening jendela kaca bila kusibak tirainya tentu saja

Tanpa kau peluk,
mampu kurasa hangat dekapmu
menyatu dalam aroma nafas yang tersengal meniti malam

Dalam diammu, sanggup kudengar lirih bisikmu
memintaku agar tak lelap
sebelum salam fajar menjelma jadi puisiku
atau ketika malam undur diri dari baitbaitku

Aku tak mungkin lupa
indah pekatmu tersiram purnama
bila ku tengok masih lewat jendela kaca yang sama
melagukan damaimu
sambil memetik gitar tua milik Ayah...

Tak sanggup sesal membesit hanya karena cinta kita cuma separoh masa
yah, separoh masa saat kau hilang oleh mentari
dan sesekali aku kau jenguk diantarkan kabut
meski serak hujan usik heningku...

Kini...
angkuh surya menghardikmu lalu kau pergi
dengan satu kecupan mesra
di bibir sajak ini!
Slamat jalan gelap,
kan kujemput kau selepas senja...