Kamis, 30 Desember 2010

KITA : Hari Ini dan Esok

Hari ini aku dalam tanyamu
menjadi jawab
meski garis finis tak lagi genap separuh langkah
tarungku tak berkalung medali
aku mengevalusai durasi
dalam bingkai masa yang pasti
ternyata banyak mimpi hanya bisik- berisik belaka
karena bangkit yang tertunda mencipta petaka


Hari ini kau dalam tanyaku
menjadi jawab
mungkin kita sama
masih belum pasti warna darah di urat nadi
tak berwarna seperti mereka yang tunduk pada titah
biru seperti mereka yang angkuh duduki tahta
atau merah membara, mendidih
seperti mereka yanga melawan titah para pemegang tahta
di negeri yang harus segera berbenah


Sungguh, kita adalah jawaban dalam tanya tentang persada
yang masih menagih bhakti dalam luka-luka zaman dari tiap rezim
tahun-tahun hanya babak baru dalam arena yang tetap sama
perubahan adalah taktik dan tujuan
maka senja ini, mari kita purnakan dengan refleksi dan proyeksi
sebab esok bersama fajar baru
semua akan kembali kita mulai, beraksi dan bersaksi
Karena sebenarnya darah Kita MERAH...........

Rabu, 29 Desember 2010

Kau telah jadi sejarah

Malam ini...
masih seperti malam yang kemarin
di pupil matamu adaku tetap tak berbentuk
ingin sekali aku pertanyakan
tapi hening terlalu setia menjadi jawaban
aku merindumu...

dalam setiap dekapan
aku merasa tak sedang memelukmu
jiwamu,
entah sedang bersembunyi di lubuk yang mana
di hatiku ada gerimis
sementara hujan di luar sana tak mau reda
mungkin saja rinainya hendak meredam debar jantungmu
yang detaknya jelas bukan untukku

damba tak berbalas
meski hati telah cukup memelas

esok, semuanya akan bebeda
habis sudah kesanggupanku menghamba

malam ini, di dekat pagi
aku menyerah menimang harap
malam ini beberapa detik lagi
akan kuhentikan segala ratap

Karena akhirnya sebelum mentari terbit
kau telah jadi sejarah....

Sabtu, 25 Desember 2010

Asmara Tua yang Mengarat

Tahan!
Biarkan menggenang di mata sipitmu saja
jangan teteskan...
atau cerita ini tak akan pernah tamat

kau bukan penulis skenario
aku bukan seorang sutradara
pada episode yang tak pernah terencana
akon kita hanyalah kebetulan

kebetulan kau meniang di usang kisahmu yang lalu
kebetulan juga aku melumut di tembok kisahku dulu
nasib tragis memaksa kita mengampelas asmara tua yang mengarat
tapi roman tentang Romeo dan Juliet tak bisa kita rekonstruksi kembali

sebab kau bukan penulis skenario
dan aku bukan sutradara
entah siapa peninta dongeng yang kita perankan tanpa skrip
kau dan aku telah disutradarai waktu

adegan demi adegan adalah dialog ketidakpastian
Untuk aku, kau mengingkari mega
padahal kita samasama tahu deras atau pun gerimis
kau tetap hujan yang aku kenal karena gumpalannya

adegan demi adegan adalah dialog ketidakmungkinan
buatmu, aku rela menyangkal adanya kata-kata
padahal kita juga tahu
dalam bahasa apapupn
aku tetap sebaris kalimat yang kau hafal dari susunan kata

Keberadaan kita mungkinkah memiliki wujud
sementara kita hanya mampu mencipta ketiadaannya?

sudahlah!
jangan kau deraikan yang terlanjur menggenang
biarkan asmara tua yang pernah kita ampelas kembali berkarat
anggaplah itu sebagai rumah yang pernah kita singgahi saja
saat melaju di lintasan takdir dan akhir yang masih samar!

Jumat, 17 Desember 2010

Aku masih perempuan yang selalu tunduk pada bualanmu!

Ini yang kau tulis untukku
entah kapan ,tapi telah aku terima :


Katakan padaku
apa yang belum sempat disabdakan pujangga?
atas indahmu
------------jika kelopak bibirmu
telah diwakilkan oleh rekah mawar
di sejuk puisiku, pagi tadi
------------jika tajam bening bola matamu
telah diwakilkan
korona sang surya
di ranggas puisiku, siang tadi
------------jika paras ayumu
telah diwakilkan jajar warna bianglala
di teduh puisiku, senja tadi
------------jika lembut suaramu
hidup di antara hening yang kularik, malam ini?
tak usah kau jawab tanyaku yang benar-benar basa-basi
karena tak ada yang mampu mewakili indahmu
yang lebih indah dari segala bentuk keterwakilan
hingga sajakku berlabuh untukmu
di dermaga kagum para pengeja kata.....

[ Dan setelah puisimu habis kubaca
aku akan lelap penuh rasa bangga
dengan segala pujian yang kau bariskan
karena aku masih perempuan
yang selalu tunduk pada bualan-bualanmu
meski bait-bait yang sama pernah kau sandingkan
untuk gadismu sebelum aku
]

Sabtu, 04 Desember 2010

Imbas dari tak impas

Aku menuang segelas resah
dan kau meneguk ikhlas
tanpa desah
ketika ku balas
dengan kelu kesah
pun kau tetap pasrah

Hidup cuma sementara
jangan buat diri sengsara
jika tak dibenahi segera
sukaku dukamu tiada setara

Bila hanya perih
yang ku beri
mungkinkah kasih
menjadi seri
sebab imbas
dari tak impas
hanya mampu gauli cemas
lenyap cinta menjadi lekas
walau mungkin ada bekas!

Rabu, 29 September 2010

Cinta Yang Aku Janjikan Untuk Suamiku

Kulihat rindu itu cuma untukmu
dan luas samudra tak mampu menampung birunya


ku tau cinta itu untukmu
dan baranya tak pernah padam oleh salju
yang membekukan peluh api sekalipun

dia telah menulis dengan darah dari setiap luka
yang kau goreskan,
berbaitbait kata maaf

dia selalu membukakan pintu dengan senyum
jika kau pergi
dan pulang meski dari pintu yang lain



dia mengumpat dengan doa keselamatan atasmu
setiap kali kau memakinya
namamu menjadi puisi indah
di tiap sujud terakhirnya
walau berharihari namanya kau selipkan
di antara banyak bunga



cobalah menghitung denyut nadinya
karena sebanyak hitungan itu pula
dia mengingatmu sepanjang hari



aku bahkan telah berteriak
"hei perempuan malang!! dia tak butuh cinta seperti itu''
dan dia menjawabku dengan lembut
''tapi di hadapan Tuhan,
cinta seperti inilah yang aku janjikan untuk suamiku''

diamku...kagum akan jawabnya...

Kamis, 19 Agustus 2010

Doa Menjelang Miladku

Jika panjang umurku hingga esok,
sungguh tak sanggup kuhitung bilangannya
tidak karena takut hampir renta
sebab senja usia tak dapat dicegah

aku hanya digelisahkan dosa
dan nyatanya makin jauh pangkal lahirku
didekat ujung akhirku
sedang antara pahala dosa
tak mampu kutaksir
imbangkah bila ditimbang?

Ya Rabb...
entah kenapa aku takut pada angka
yang pasti genapi masaku?
KAU tahu sampai kapan tapi aku tak tahu...
yang kumengerti rapat jarak
dengan hidup ini kian renggang

Ya Rabb...
Bila ajal nanti terkecup
bekal yang terbawa
telahkah cukup?

Kuhantar nistaku digelaran sajadah ini
memohon belas kasihMU
usaikan kisahku kelak
dengan Khusnul Khotimah...
AMIN...

Temukanlah Selain Dia (Untukmu Yang Setia pada Kesiasiaan)

Masih juga kau tantang waktu
mengukur dalamnya cinta
lewat panjang jarak penantian

langit bahkan telah memberimu tanda
dengan mendungnya
betapa hujan pasti mengguyur di hatimu

kesetiaanmu tak akan berujung
pada sua
yang tetap saja terpasung
dalam mimpi kosong

memiliki dan dimiliki tak harus jadi kiblat untuk rasamu

Temukanlah selain dia,
barangkali ada kasih Tuhan
yang DIA titipkan hanya untukmu
pada satu jiwa yang lain...

Selasa, 17 Agustus 2010

Aku "bebas" memberi judul apa saja ( Kemerdekaan Penyair)

Hari ini...
65 tahun
katanya kita telah merdeka

Huh! yang benar saja
apa kalian paham tentang merdeka?

Merdeka artinya bebas, kata guruku

Ohh...jadi,
Pejabat bebas korupsi maksudnya?
Hukum bebas di beri harga juga?

Bukan ya?
rakyat bebas menderita?

Masih bukan?
Hmm...segala bentuk eksploitasi
dari tanah sampai tubuh
bebas dilakukan
atas nama provit
walau negara digadai?

Salah lagi?

Yang benar,
Merdeka itu artinya bebas dari segala bentuk penjajahan
dan sejahtera secara universal...

Ooo, gitu ya...
Jadi hari ini apa yang nanti dirayakan?
Kita kan belum merdeka?
Au ah, gelap :-P

Sabtu, 14 Agustus 2010

Pulanglah, Dik!

Pulanglah dik!
tak perlu jika tak mau pikirkan kami
tapi kau kesayangan ibu
air matanya terlalu banyak untukmu
renungkanlah tentang itu
bila angkuhmu tak juga surut...

Pulanglah dik!
tak usah jika tak mau pedulikan kami
tapi kau putra tunggal
dari pemilik rahim
yang kita panggil ibu!
lebih dari 20 tahun
keringatnya diabdikan untuk hidupmu
sadarilah itu jika aroganmu tak jua melebur...

Di mana kami harus berdiri
di antara kau dan ayah
pada tiap pertengkaran
jika lapang ego tak memberi celah
tuk kami tengahi?

Seperti Ramadhan kemarin,
sesunggukkan ibu
juga terduga tak mampu menahan pergimu...
Shubuh tadi sedunya menyayat ketika sujud
tapi aku ragu bila kau merasa meski berharap!

Ayah tak membencimu...
dia hanya menyayangimu
dengan cara yang tak kau suka
dan seperti itu juga
dia mengasihi kami.

Pulanglah dik!
tanpamu, kami tak mungkin utuh...

Minggu, 01 Agustus 2010

Entah Ini Puisi Atau Bukan

Entah ini puisi atau bukan...
aku hanya ingin menulis
tak peduli akan berujung di mana,
asal aku menulis

Entah ini puisi atau bukan...
untuk apa kupikirkan
masa bodoh nanti tentang apa
yang penting aku menulis

Entah ini puisi atau bukan...
aku ingin menulis saja
karena aku telah letih berpikir
tentang keadilan yang terbeli
tentang para penjilat negeri
tentang anjinganjing birokrasi yang korup
dan tentang pemerataan yang diperdebatkan
hanya demi menutupi ambisiambisi tuk berkuasa
1000 kali aku berpikir,
hasilnya hanya seperti sampah di hati dan otakku
tak ada yang berubah di negeri ini!
jika cuma aku yang berpikir!

Telah cukup aku berpikir
dan aku tetap orang bodoh yang tak berdaya bila sendiri

Entah ini puisi atau bukah...
biarkan saja aku menulis,
barangkali ada jiwajiwa acuh
akan tergugah karena tulisanku dan berkata,
''Mari kawan, kita samasama berjuang untuk tumpah darah ini"
ahh, smoga saja!

Kan Kujemput Kau Selepas Senja (Antara Aku dan Gelap)

Aku tahu sayang...
kau ada memang untukku
persetan, walau kata orang
kau simbol petaka
cinta ini tetap mengental hingga denyut waktu berhenti!

Meski kita terpisah karena dindingdinding beton
dan neon di plafon kamarku mengusirmu
adamu tak pernah beranjak
sebab kita masih bisa saling mengintip
lewat bening jendela kaca bila kusibak tirainya tentu saja

Tanpa kau peluk,
mampu kurasa hangat dekapmu
menyatu dalam aroma nafas yang tersengal meniti malam

Dalam diammu, sanggup kudengar lirih bisikmu
memintaku agar tak lelap
sebelum salam fajar menjelma jadi puisiku
atau ketika malam undur diri dari baitbaitku

Aku tak mungkin lupa
indah pekatmu tersiram purnama
bila ku tengok masih lewat jendela kaca yang sama
melagukan damaimu
sambil memetik gitar tua milik Ayah...

Tak sanggup sesal membesit hanya karena cinta kita cuma separoh masa
yah, separoh masa saat kau hilang oleh mentari
dan sesekali aku kau jenguk diantarkan kabut
meski serak hujan usik heningku...

Kini...
angkuh surya menghardikmu lalu kau pergi
dengan satu kecupan mesra
di bibir sajak ini!
Slamat jalan gelap,
kan kujemput kau selepas senja...

Selasa, 06 Juli 2010

Aku Lupa Merindumu Hari Ini

Aku lupa merindumu hari ini!
bukan karena sukaku telah terkikis
bukan pula aku merajuk
Apa lagi marah...

Aku lupa mencintamu hari ini
tidak karena ada yang lain
tidak pula aku telah berpaling
Apa lagi membenci...

Aku lupa merindumu
bahkan mencintamu
sebab rasaku hari ini
tak cukup menampung iba
untuk mereka yang ditelantarkan penguasa
di tanah yang darahku mengalir pada hitamnya

Jumat, 02 Juli 2010

Selipat Harap Yang Nanti Kubawa Mati

Ku tulis lagi tentang rindu
mungkin banyak yang bosan mendiktenya
tapi andai bisa kupadamkan bara ini
pasti takkan kubiarkan asaku melepuh,
mengelupas...
atau langsung meleleh di batas mampuku bertahan

aku tumbalkan diri untuk merinduimu
menunggumu tanpa ambang akhir
menjaga kesetiaan yang dulu kau banggakan
sembari yakinkan hati bila kau akan pulang
tunaikan janji yang kita rahimkan

Selamanya aku untukmu karena kau untukku
kujadikan itu sebagai jimat penjaga teguhku
Bila aku nyaris menyerah

Kini asaku tinggal selipat
terbakar rindu tanpa jeda?
sampai nanti aku mati sebab tak kembalimu
selipat harap ini tetap kubawa
dan kunisankan biar kau tahu
aku pergi tanpa pernah membencimu
karena aku perempuan yang tercipta tuk menunggu
sampai saat dipeluk ajal esok...

[ Untuk seseorang kini entah di mana, yang namanya masih menjadi penjaga hatiku... ]

Kamis, 01 Juli 2010

Harus Ada Awal Lagi Setelah Akhir

Ketika banyak huruf tercecer di benak...
kuacuhkan,
"aku butuh huruf-huruf gelap
bukan abjad-abjad dungu tak bermakna,"
pikirku angkuh,
mengabaikan yang sungguh perlu ku sentuh
tak ada yang mampu terbentuk
dari ketololan!!
sumber-sumber inspirasi terkunci
dalam perasangka, ragu, putus asa
dan ambisi yang membuta tanpa hitungan
sampai pada bait inipun
aku masih belum mengerti yang kini kutulis,
akan berakhir di mana dan tentang apa!!
lalu, sadar tiba-tiba meneriaki
mestinya bisa kugelapkan yang dungu

lelah mengumpat ketakmampuanku,
letih memaki ketidakberdayaan,
Benar-benar penat tapi tersudut dalam keharusan
yah, harus ada awal lagi setelah akhir agar tak berakhir
meski hanya ini yang mampu terlarik
asal belum menjadi ujung
permulaan yang biasa tetap akan ku syukuri!!!

Senin, 21 Juni 2010

Negeri Impian

Dekap gigil tak menahan ragaku bangkit
dan dari balik rimbun pepohonan
mentari mulai mengintip malu-malu
enggan tapak memijak kutepis jauh
sebab subur tanah inipun
ingin kutanami langkah yang penuh semangat
demi retaskan potongan mimpi
yang kuerami kala malam sematkan lelap
pada separuh waktu sebelum pagiku kini!

Tuhan,
inilah yang tak pernah ingin kulewatkan
memintal syukur dari nikmat yang Kau suguhkan
lewat sisa sisa embun di dedaunan yang selalu hijau
lewat hembus bayu yang sesekali alirkan dingin
juga pada bias jingga yang rata memancar dari bentang timur

Tuhan,
seperti kemarin...
masih kumunajatkan ingin yang sama
semoga kelak bisa terujud
tatanan negeri yang pemimpinnya bijak, rakyatnya makmur
agar ketenangan ini tak hanya hadir di pagiku
tapi di sepanjang detik yang berjalan berabad-abad
sampai ujung usia generasi terakhir!

Senin, 31 Mei 2010

Maaf, Aku Tak Bisa Jadi Gadismu

Aku perempuan,
tapi maaf, aku tak bisa jadi gadismu
aku tak akrab dengan gincu
parasku dibedaki seadanya
rambutku tiada tergerai
hanya berhias kerudung yang lusuh terjulur
sedang tubuhku hanya berbalut gamis kusam

Sungguh, aku tak bisa jadi seperti yang kau mau
aku tak pantas kau banggakan
pada para penganggum kecantikan dunia
aku hanya mampu menjadi aibmu di hadapan mereka

Aku perempuan,
tapi maaf, aku tak bisa jadi gadismu
aku ingin dicintai sekadarnya dan apa adanya
aku ingin dipuja oleh yang lebih memuja-Nya
aku ingin dimiliki oleh yang mau mendekatkanku pada-Nya!

Sabtu, 29 Mei 2010

Pelangi Tiga Warna 2 ( Balasan Surat Untuk Sahabatku, Aditya Tomawonge )

Telah kubaca, entah berapa kali...
tak lagi kuingat tapi berkali-kali, pasti!
surat yang kau alamatkan untuk namaku
surat yang mengantarku
pada puluhan ribu detik tak terhitung,
waktu yang pernah kita lewatkan!

Pelangi 3 warna...
warnaku, warnamu dan warna...
akh, warna seseorang yang mungkin telah melupakan kita?
yang dulu begitu dekat,
yang wujudnya hadir jadi bayangn kita di depan cermin!

aku ingat sangat jelas
saat kita berdua duduk di sofa itu, suatu malam
kau terdiam, aku membisu
meratapi pamitnya karena merasa kita lukai
aku tahu rasanya, sangat tahu dan benar-benar tahu
kecemburuan tanpa alasan
tapi akupun tak berani salahkan hasratnya padamu
itu hasratnya, dia berhak atas itu
walau semua pilihan ada padamu

Aku ingat sangat jelas
saat kita berdua duduk di sofa itu, suatu malam
aku membisu, kau terdiam
menyesali kepergiaannya karena merasa kita acuhkan
aku mengerti rasamu, sangat mengerti dan benar-benar mengerti
kau terpukul dan itu pantas!
aku dan dia mengajakmu berlayar di laut penuh badai
menuju mimpi yang kan menyata oleh tekad
tapi dia berlalu, sebelum biduk kita mendekap dermaga
hingga kaupun meragukanku bisa bertahan
"aku takkan meninggalkanmu," kataku yakin
dan kita habiskan malam tanpa pejam

sahabat, tak luput pula dalam ingatan ini
Maafmu, kala sempat kuingkari janjiku
janji yang sesaat kuabaikan karena perdebatan yang bukan denganmu
tapi dengan mereka yang sangsi padaku
padahal begitu yakin kau terhadap semua yang akupun tak yakin
tentang mampuku

sahabat, kini kita di kota yang berbeda
aku di sini, kau di sana dan dia di tempat tak berjejak
hilangnya sungguh tak terjamah dalam gelapku
apa kabarnya?
rinduku bahkan tak sanggup datangkan senyumnya

Pelangi tiga warna...
pertalian yang hadir dari proses naturalisasi tanpa syarat
tapi terpatahkan oleh pesona yang dipuja
cinta tak bersambut yang juga hadir karena naturalisasi tanpa syarat
masihkah itu melengkung di langit kota kita, suatu saat?
akankah dia kembali tanpa hasrat yang dulu?
komitmen yang kita tanam dan masih kau pupuk
pastikah menyatukan mimpi dan cita-cita kita lagi?

pelangi tiga warna...
tetaplah pelangi tiga warna karena dia takkan terganti

pelangi tiga warna...
aku rindu pada binar cahayamu,
rindu pada berita tentang seseorang...
apa demikian juga denganmu, sahabatku?

Rabu, 26 Mei 2010

Gelapku Hadirkan TerangMU

Aku takkan berlalu tinggalkan gelap
aku tak mau...
kosong dalam gegap angkuh
berdesak-desakan mencipta peluh
di bawah matahari
menantang terik tapi berbalut kedok

aku takut berdiri di depan cermin
tapi melihat bayangan orang lain
biar saja sosokku hilang dalam kaca berpantul
lebih baik kelam menyekatku dalam hitamnya
biarlah cahaya hanya mendekam di balik rinduku

Aku takkan beranjak dari gelap
aku mau...
penuh dalam hening renung
berdekap-dekapan dalam rintih sesal
sadari diri dari lampiran alpa dan lupa

kedua mataku pasti silau di kilau dunia
tak mampu melihat khilaf yang membungkus hayat
tapi di pekat tua gulita
hatiku jelas menatap tanpa nanar
nista yang sempat selimuti lakuku

Aku takkan bergegas tinggalkan gelap
walau cahaya memberontak dalam inginku
akan kunikmati butir-butir sinar dari celah khusyuku
hingga nanti...
setiap dimensi dari pengharapan sakralku
Kau hujankan dangan nurMu yang abadi
karena yang kumau gelapku hadirkan terangMU

Sabtu, 22 Mei 2010

Mimpi Sederhanaku

Aku punya banyak mimpi
mimpi samudra tentang ketenangan tanpa badai
mimpi langit tentang bianglala selepas hujan
mimpi malam tentang pendar penuh purnama
mimpi bumi tentang pijak yang bijak

Aku punya banyak mimpi
mimpi tak terkatakan oleh bising lakon bedebah
mimpi tak tereja dalam catatan pada label kepalsuan
mimpi tak terabjad dari limbah naskah sejarah rekaan

Aku punya mimpi
banyak mimpi dalam satu mimpi sederhanaku
"Tatanan peradaban yang lebih baik untuk Negeriku"

Aku punya mimpi
ada banyak mimpi dalam satu mimpi sederhanaku!!
"PERUBAHAN!!!!"

Minggu, 16 Mei 2010

Nisan Tanpa Nama

Di pusara yang masih kosong
suram,,...sunyi....
tak ada suara terdengar, kecuali pekik laknat
aku salah satu yang memekik
menunggu jasad-jasad biadab kaku merebah
dalam tidur panjang tanpa doa

Peti-peti kematian dari ramai caci mulai dahaga
menelan raga bau parfum kedok amis kemunafikan
aku salah satu yang ikut mengendus
aroma anyer pendosa negeri

Semesta telah bersaksi
aku bersaksi atas saksinya
semua derita yang dalam hidup telah terwaris
manusia-manusia lapar yang teracuhkan
tanah milik orang-orang tertindas terus terkeruk
jiwa-jiwa polos kejam terusir
Jadi pahatan jasad-jasad bangsat yang punya kuasa

Tak ada yang bangga menonton
tangis pilu ratusan bocah tak ber-ibu, bapak
hanya perih iba
tapi kemana harus berpaling?
semua yang kita tengok hanya tragedi
tragedi tumpah darah
semua kisah tak mampu lagi disamarkan
ketidakadilan yang tumbuh subur
penyelewengan yang telah biasa
tercoreng karya otak nista yang punya kuasa
dan kini tengah terbahak!!

Wahai pendosa negeri,
kita sama-sama adalah pendosa
aku berdosa atas ketakberdayaanku yang bodoh
membinasakan lakumu
menoreh luka di jantung persada
mari kawan, aku menunggumu
di pusara yang masih kosong
pada nisan tanpa tulisan
sebab huruf-huruf yang mengabarkan nama kita
telah lebih dulu kucilkan kita

suram,,...sunyi....
tak ada suara terdengar, kecuali pekik laknat
aku salah satu yang memekik
menunggu jasad-jasad biadab kaku merebah
dalam tidur panjang tanpa doa

Semoaga Kau Mampu Mencinta Seperti Caraku Mencintaimu

Ketulusan....
hanya itu pintaku
aku tak butuh janji-janji manis
aku tak gila pada harapan-harapan kosong
bisakah kau beri sedikit saja?

Kesetiaan....
bukan pelit tak ingin berbagi
tapi takut untuk membebani
Bila mesti ada yang lain
salahkah aku memilih pergi?

Percaya....
tak pernah kutanam duga
semua keburukan tentangmu
karena kau tetap yang terbaik
meski pernah menyakitiku

Ikhlas
kuterima dirimu lagi
melupakan yang pernah kau lakukan
walau telah berkali-kali
sebab aku mungkin bodoh
hanya tahu mencintaimu
dengan ketulusan, kesetiaan dan kepercayaan
yang aku punya tanpa pernah meminta lebih
semoga hari ini hingga selamanya
kau mampu mencinta seperti caraku mencintaimu

Jumat, 14 Mei 2010

Kemenangan Ada di Dada Petarung Sejati

Kawan...
mengapa kita kalah menurutmu?
bukankah kita telah mampu mempertahankan konsistensi?
tak ada ambisi yang kita gadaikan karena kepentingan
seperti mereka yang mengalah untuk itu
kemudian menjadi juara sebagai pecundang

kurasa kita tak pernah kalah!
biarlah mereka yang tak paham tentang kemenangan
bersulang dengan gelas-gelas kosong
merayakan kebodohannya sendiri...

Kawan...
kemenangan itu bukan pada medali yang dikalungkan
pada piala yang kita dapatkan
pada piagam bertulis nama kita
dan bukan pula lencana yang disematkan

Kemenangan itu sakral
tapi tak perlu seremonial
kemenangan itu butuh reward
tapi bukan simbol dan pengakuan mayoritas
sebab kemenangan itu ada di sini,,,
di dada sang petarung sejati
rewardnya hanyalah kepuasan dan kebesaran jiwa
menerima sebuah kekalahan

Selasa, 11 Mei 2010

Bidadari Yang Terpuja

Kutemukan cahaya...
pada binar kelopak yang tulus menatap
seisi nirwana seakan menyatu
tenggelam di kedalaman bening itu

cantikmu tak kuasa kujabarkan
dalam kelembutan yang pantas tersanjung
tak peduli seberapa besar kau panggul derita
keanggunanmu tetaplah utuh

semua tiada tertimbang
segala alat ukur tak mampu menakar
kesempurnaan jiwamu dalam pandangku
tetap jelas walau hijab setia menjulur

Seputih awan yang melapis langitku
keelokan selubungi pesonamu
aku memujamu tanpa lupa pada Penciptamu
sebab kau hadir atas izin-Nya
dan darimu aku tahu
surgaloka adalah tujuan pengembaraanku
Demi menikmati keindahan abadi
yang sempat kau wakilkan di sini...

Senin, 26 April 2010

Surat Cinta Pada Malam

Malam…

Mungkin nanti untuk hari ini aku tak sempat menggaulimu

Aku tak bisa menyulangmu dengan bait-bait

yang ku sadur dari insprasi gelapku

Sebab penat pasti memaksaku untuk rebah lunglai

di tilam pengap kamar kostku , tempat biasa kujagai heningmu

Aku tahu kau tentunya merindukanku

Seperti aku yang kini merindukan perubahan untuk nusantaraku

Malam…

Kulembarkan keluh kesah ini agar kau paham gelisah siangku

Kau tahu sayang ?

ku pikir, negeri di mana Bunaken menjadi kebanggaan

Telah makmur dengan atribut yang katanya lambang kemajuan

Dan itu tak pernah ada di kotaku, Limau Duko

Tapi ternyata semuanya malah jauh dari pikirku itu!

Tadi di pojok sebuah warung,

Ku temukan kepolosan lucu tapi memelas

Tak bisa kuingkari sesak yang menyerobot

Anak itu terlalu manis tuk harus mengemis

Saat dia bercerita tentang ayahnya yang sedang sakit

Dan ibunya terpaksa menjadi lonte untuk menyambung hidup

Aku hanya bisa tersenyum dalam isak

Belum lagi reda mirisku, di pintu masuk pusat perbelanjaan,

Kutemukan sepasang suami istri, atau mungkin kakak adik

Renta bertongkat, buta…

Menengadah entah pada Tuhan?

Akh, ku rasa pada yang lalu lalang keluar masuk dan acuh

Ku rogoh saku

kudapati selembar lima puluh ribuan

Selembar lagi lima ribu

Kuberikan lima ribuan sebab aku masih terlalu pelit

Tuk hadiahi lima puluh ribu

Meski jiwa ini benar-benar perih tersayat iba

Malam…

Kau tahu sayang?

Anak kecil dan sepasang tuna netra itu orang kaya

Mereka adalah pemilik negeri ini

Tapi mereka tak punya kamar di rumahnya sendiri

Tak bisa makan di dapurnya sendiri

Akupun tak bisa berbuat apa-apa

Hanya mampu memaki realitas

Menghujat ketidakadilan dengan suara yang tak terdengar

Sebab di sini suara kebenaran adalah kehampaan

Wahai malam cintaku...

Semoga kau masih sudi sedekahkan sepi untuk imajiku

Esok bila kita bersama melewati waktu

Meski aku tak sempat menungguimu hari ini

Sebab kau pastinya mengerti deritaku kala siang
aku tersengat bukan oleh terik mentari tapi rimbun rasa prihatin
pada nasib para tuan yang harusnya menikmati kesenangan
di tanah ini!

Semoga angin masih setia mengantarkan beritaku ini

Padamu sayang….



Jumat, 16 April 2010

Siapa Kau

Siapa kau?
Yang malam ini membuatku
Meraung dalam kegelisahan
Dan menjerit dalam tanya

Di atas kanfas hati
Aku mencoba melukis dirimu
Tapi tak mampu kulakukan
karena mimpiku saja
Tak kuasa menjangkaumu

Siapa kau?
Yang malam ini membuatku tau
Betapa bingkai dalam hatiku ini
Masih kosong dan mesti terisi

Di atas kanfas hati
Aku mencoba melukis dirimu
Tapi hasilnya hanya seperti
Sebuah bayangan hitam
Yang terpantul dari cahaya misteri

Senin, 12 April 2010

Kerinduan

Sudah kucoba untuk berteman
dengan kebisingan
agar aku tak lagi bergumul dengan sepi
tapi kerinduan ini terus menyeretku
dalam sunyi

Sudah kucoba untuk berteman
dengan kicau burung
agar aku dapat menyanyikan keceriaan
tapi kerinduan ini terus memaksaku
melagukan kepiluan

Sudah kucoba untuk berteman
dengan cahaya mentari
agar penglihatanku tak lagi basah oleh air mata
tapi kerinduan terus mendorongku
dalam tangis

Sudah kucoba untuk berteman
dengan warna pelangi
agar senyumku dapat berbaris dengan keindahannya
tapi kerinduan terus membuatku terbang
bersama awan kelabu

Sudah kucoba untuk berteman
dengan mereka agar aku dapat melupakanmu
tapi kerinduan terus membawaku mencari bayangmu
di antara kegelisahan ini

Sudah dan telah aku coba untuk berteman
dengan segalanya tapi pada akhirnya
aku mungkin tetap mati
dalam kerinduan...

Sabtu, 10 April 2010

Penyair Hanya Pasti Tunduk Pada Yang Arif

Kita kelanakan asa dalam maya
Hanya raga yang tak bergeming
segala keangkuhan membuana
rata terpijak kesederhanaan
sebab karena itulah
semua tersatukan dalam kata

Menggelembung ragam arti
senyum, tangis, amarah, hingga perlawanan
kita sabdakan mengikuti alur emosi yang melata
Aku, kau, dia dan Kita
Tak ada jarak...

Sama sekali tak berjarak
Aku ada dalam puisimu
Kau di tiap baris sajakku
Dia melarik pada syair kau dan aku
Lalu kita tergumul di tilam-tilam makna

Kita wartakan setiap gejolak rasa
yang meruang dalam segala bentuk
mengikuti jejak-jejak musim
kadang senyum kita rangkai terlalu kecut
Tangis kita rinaikan tidak dengan suara
atau amarah kita lembutkan teramat samar
Dan perlawananpun berdarah-darah
tanpa kekejaman...

Takkan terbendung jika telah kita tintakan ilham
meski realitas tentang ketimpangan negeri
terkuak menelanjangi para elit
karena tangan penguasa tak mampu menjamah kita
seperti jelata yang tercekik kebijakannya
sebab kita adalah penyair
hanya pasti tunduk pada yang Arif.....

Selasa, 06 April 2010

Harus Kuakui Kalau Aku Rindu

Kubaitkan lagi kata-kata
tapi bukan tentang malam
bukan pula gelap
kau tahu apa itu?

Sebuah rasa yang membiru
tentu saja rindu...
ini bukan datang tiba-tiba
telah ada sejak aku di sini

Takut aku mengakui
karena tak ingin disangka cengeng
tapi diam-diam meneteskan tirta bening
dan sudah pasti sembunyi-sembunyi

Aku mesti memantelkan ketegaran
pada jiwa yang rapuh ini
demi yakinkan dia untuk rela melepasku
sementara...

Akh..sementara yang kini hadirkan galau
apa kabarnya?
wajah itu telah mulai mengerutkah?
bibir itu pasti masih tetap basah oleh dzikir
Suaranya juga tetap lembut bila menegurku

Tidak!! aku harus mengakuinya sekarang
sebelum aku tak punya kata-kata lagi!

Mom I miss you
not just tonight
but since I'm in this city without you ...

When the time comes I'll go home
for you.. my beloved mother!

Jumat, 02 April 2010

Kenangan Bersama Senja

Senja....
sebelum malam memeluk asa
biarkan aku memasrah bersama cahayamu
yang kian redup
bersama sisa-sisa suka melerai gamang

Aku takkan hilang dalam bayangku
seperti kau yang nanti menghilang
terampas gelap

Tak terhitung berapa lama kujagai malam
membudaki diri untuk segenggam inspirasi
yang kadang juga tak utuh mengimajinasi
aku teramat setia menungguinya
hingga terabaikan dari mimpi
layaknya embun yang tak pernah menuai gubris
saat terusir mentari pagi

Entahlah...tapi aku telah mencintai malam
dari ujung perjalanan pulangmu
hingga awal fajar
Karena tak ada yang mengajariku mencintai pagi,
mengasihi siang ...
kecuali sedikit rasa sayang untukmu
itupun karena kau akan mengantarku pada malam

Andai ada yang membawa seladang inspirasi
bila bukan lewat malam
Takkan berarti apa-apa untukku
Aku dan malam seperti butir-butir embun dengan beningnya
seperti juga engkau dengan bias jingga
atau seperti pelangi dengan deretan warnanya
Aku hanya penyair gelap yang bisa sedikit mencumbuimu
sebelum rebah dalam dekap malam

Bait-bait ini terlahir dari rahim syukurku
pada kesetiaanmu memberiku teduh
saat muakku pada siang yang mengaltari waktu
kutitipkan gundah yang belum sempat kutamatkan
bawalah itu sejauh mungkin
agar dapat kujemput malam
dengan paras yang tak muram...

Sabtu, 27 Maret 2010

Hanya Lewat Malam

Hanya lewat malam...
kupahami gelisah yang tak biasa kau igaukan
saat mentari gagahi hari dengan cahaya
hingga kepolosan terpaksa kau topengi
agar dirimu tak merasa asing

Hanya lewat malam...
Mimpi menguasai lidah liarmu yang sering berkelit
ketika terang siang memahkotai jagad
sampai mungkin kaupun tak mengenal diri
karena terbenam dalam peran yang terpaksa kau lakoni

Hanya Lewat malam...
aku mengenalmu,
mengerti tentang pedihmu,
mendengar jeritmu yang kian serak
di antara hening yang merambat dalam pertapaanku
bahkan air mata yang tak menetespun
kulihat menggenang dalam batin laramu

Lalu aku hanya bisa terpaku dan iba
tapi tak mampu menyusup rasuki dukamu
karena banyak jiwa sepertimu yang juga tersingkap
hingga malam terasa semakin sunyi menyepi
maka harus kugaduhkan dengan syair-syairku
agar gelap tetap mampu hadirkan indah...

Senin, 01 Maret 2010

Masih Tentang Malam

Masih tentang malam...
aku akan bercerita
padamu yang tak pernah tahu
bahwa rembulan bukan hanya mampu menyinar
tapi memberi tenang pada jiwa yang lelah
oleh bising prasangka dan amarah

Apa kau tak percaya?
rasakan saja purnama
atau sabitnya
tapi jangan lelap sebelum pekat

Masih tentang malam...
akupun akan berkisah
padamu yang masih belum mengerti
tentang gelap yang tak hanya hitam
tapi karenanya terang justru punya arti
seperti gemintang yang elok digulita langitmu

Apa kau tak percaya?
Tatap saja angkasa dengan bugil mata
maka taburan bintang-bintang itu
hadirkan indah untukmu dikelam masa

Masih padamu yang belum juga paham
aku mengabarkan tentang malam
yang tak cuma mampu mencipta sunyi
tapi melimpahkan inspirasi
dalam imaji-imajiku
lalu mekar kelopak-kelopak makna
yang terangkai dari kuncup-kuncup abjadku
hingga wanginya membait di kedalaman sajak ini

Semoga kau tahu
Betapa malam tak sekedar untuk mimpi-mimpimu
tapi juga keterjagaanku...

Senin, 22 Februari 2010

Seperti itu, kuingin setiap abjadku terpintal dalam pekat malam (doa penyair gelap)

Seperti petuah-petuah Black Partkidz
Senantiasa hadirkan yakin untuk tetap tegar
Ketika himpitan beban tak sanggup lagi
Kutanggung…

Seperti fatwa-fatwa Aditya Tomawonge
Selalu tak pernah lelah merasa aku bisa
Ketika ragu mendelta jadi perasangka
Di sekelilingku…

Seperti perumpamaan-perumpamaan Diyan Rabiah
Memberiku inspirasi tentang feminisme
Yang tetap terjaga pada kerangka fitrahku
Sebagai perempuan…

Seperti daya kritisnya saka keprabon
Dalam puisi-puisi panjang
Menggugah sadarku tentang hidup,
Hakekat diri, nasionalis dan transendental…

Seperti kopi dan kobaran semangat Oo Zaki
Tertuang dalam bait-baitnya yang jujur
Ingatkan aku tentang pahit getir kehidupan jelata,
Ajarkan aku tentang optimisme anak negeri
Bakar jiwaku tuk pertahankan setiap jengkal tumpah darahku…

Seperti alur yang tercipta dalam imaji Irwan Bajang
Hadirkan cermin yang nyata untuk bisa kumaknai
Hingga jalan hidupku kembali tertata
Tepiskan kira tentang ketidakmampuanku
Yang sekian lama menggumpal…

Seperti keberanian Halim Bahriz
Bereksplorasi melarik kata menjadi syair
Mendorongku pada kebebasan bereksperesi
Yang tak bijak bila terabaikan
Karena takutku pada logika akademis yang memasung

Seperti geniusnya Jati Myw
Inovatif meramu lirik dengan bahasa tekno sains
Menguatkan kebenaran akan nilai universal sastra
Yang tak lagi terbantahkan…

Seperti kalimat-kalimat syahdu seputih kasih
Yang menyentuh hingga ke dasar atma
Hadirkan damai yang terbingkai tulus
Menyulam perbedaan warna kami menjadi pelangi,
Tebarkan cinta yang tersulut untuk nusantaraku

Seperti itulah aku ingin setiap abjadku terpintal
Dalam pekat malam
Meskipun hanya mampu merayap
Di bawah ketinggan sajak-sajak kalian!

Kutelagakan kekagumanku tuk setiap goresan tangan kalian,
Kubanjiri salutku tuk genangi coretan ide-ide kalian,
Ku muarakan derasnya pujian pada karya-karya kalian,
Tapi ku samudrakan maaf atas katakberdayaanku
Membusakan bahasa yang elok tuk mengapresiasikannya,
Aku hanya mampu merumput di bawah rindang keanggunan bahasa kalian
Aksara-aksaraku tunduk menghamba pada keperkasaan huruf-huruf kalian!
Ku arungkan doa semoga suatu saat lembar-lembar tulisan kalian,
Menjadi bagian yang mengisi perpustaakan tempatku bekerja…

Kamis, 18 Februari 2010

Sajak-Sajak Malam

sajak-sajakku kembali bergema
tak lagi terasing diriak cahaya
mulai berdetak lagi tembangkan sunyi
yang bergelatungan di ranting-ranting malam

Mari ikut riuhkan pesta ini
kupinang aksara-aksaramu
temani abjadku yang makin menggila
kita paradekan kemenangan kita

sajak-sajakku kembali menggempita
ayolah ramaikan juga dengan puisi malammu
sebelum matahari kembali bertahta
sebelum embun merajuk pergi...

Sajak-sajakku kembali bersorak
bergurau manja di remang bulan!

hei..huruf-hurufmu masih membeku?
cairkan saja dengan inspirasi gelapku
malam ini saja..kita bahagia
sebab esok, cahaya mentari terlalu congkak
menyelendangkan silaunya
membunuh paksa imaji-imaji kita...

Minggu, 14 Februari 2010

Di sudut dan Jengkal-Jengkal landasan Yang kita Pijaki bertabur Petaka, Bukan cuma di tanah kalian!!

Di Timur Indonesia, kami menjadi embrio,
Berkembang membentuk janin
Lalu lahir sebagai generasi baru
Generasi yang kini sibuk dalam pergulatan zaman

Di sini di tanah Timore…
Kami memekik pada kalian yang berpesta
Dengan idelalisme konyol tapi haus kekuasaan
Berhentilah melukai nasionalisme
Yang mengalir pada setiap darah yang memerah
Di tanah persada…!

Di sudut dan di jengkal-jengkal landasan yang kita pijaki
Bertabur petaka…
Tiap sudut dan tiap jengkalnya, bukan hanya di tanah kalian!
Di Timur, Barat, Utara dan Selatan
Tak ada yang tersisa, kawan

Kalian ributkan pemerataan pembangunan?
Jangan kira kamipun tak suarakan itu!
Bahkan mungkin Tidore,
Negeri kami,
Akan terlupa sebagai kota karena wujudnya tetap desa

Di sini di tanah Timore,
Pergerakan kami untuk Indonesia
Disintegrasi hanya nyanyian bejat pelantun-pelantun bangsat
yang menopengi ambisinya dengn teriakan diskriminasi
Sama seperti penguasa kita hari ini, kawan

Keserakahan dan ketidakbijakan Pemimpin,
Kolonialisme modern dan Imprealisme masa kini,
Itulah yang harus dilawan
Sebenar-benarnya perlawanan!

Di sini di tanah Timore…
Pergerakan kami untuk Indonesia
Integrasi adalah harga mati dan tak butuh penawaran
Lagu yang kami dendangkan sama seperti pemuda 1928
Meski dengan lirik dan irama biasa ( tak terlalu heroik)

Propaganda ekonom-ekonom dan politikus busuk
antek-antek Penguasa,
Kapitalisme dan neolib yang mulai merajai
Itulah yang harus kita perangi
Sebenar-benarnya peperangan!

Kawan-kawanku di Papua…
sultan Nuku telah menulis sejarah untuk kami
Di Tanah kalian!
Haruskah sepenggal cerita itu tamat
Seperti kisah Timur Lorosae yang juga beranjak dari Nusantara?

Bukankah Kita saudara kandung dari rahim pertiwi?
Kita sama-sama terluka parah…
Lapindo masih berdarah,
Air mata di teluk buyat juga mungkin belum mengering
Halmahera kami?
Keperawanan tanahnya mulai dilirik setan-setan bule
Sebentar lagi akan diperkosa insinyur-insnyur pertambangan
Yah, tidak lama lagi,
Tegakah kalian berlalu meninggalkan semua yang terluka?

Revolusi kawan, bila itu adalah solusi
Tapi mari melakukannya untuk Indonesia
Indonesia yang juga milik kami, kalian juga mereka!


Di sudut dan di jengkal-jengkal landasan yang kita pijaki
Bertabur petaka…
Tiap sudut dan jengkalnya, bukan hanya di tanah kalian
Di Timur, Barat, Utara dan Selatan
Tak ada yang tersisa, kawan!

Selasa, 09 Februari 2010

Salah dan Benar

kita berdebat tentang salah dan benar
tak ada yang mau mengaku salah dan semua ingin dianggap benar
akupun demikian takut pada salah lalu mengejar benar

apa benarnya salah?
apa salahnya benar?

benarnya salah adalah potensi
salahnya benar adalah ambisi

atau?
salah merasa benar
benar merasa benar

bagaimanapun
salah dan benar adalah hadiah Tuhan untuk kita manusia
jika salah, kita takkan lebih buruk dari iblis
kalaupun benar kita takkan menjadi malaikat

selamanya salah benar hanya adonan yang telah menyatu
perbedaan takaran antara keduanyalah yang membentuk citra kita...

Senin, 25 Januari 2010

TV-nya Bapak Kostku Lagi Rusak

Sudah sebulan aku tak nonton TV
Terlalu sibuk ratapi nilai IP yang anjlok,
Sibuk juga cari inpirasi,
Tapi yang paling pasti karena tak punya TV
TV-nya bapak kost lagi rusak

Bagaimana Indonsesia, kawan?
Apa masih ribut soal
Pencemaran nama baik di internet?
Katanya ada pembobolan ATM ya?
Eh, apa kabar juga Century ?
Wah..aku benar-benar tidak tahu,
Aku butuh jawabmu, kawan!
Kabarkan aku lewat puisimu
Aku tak bisa menunggu
Sampai TV-nya bapak kostku diperbaiki!

Kamis, 21 Januari 2010

Rindu Lelap

Masih tak terpejam,
Dua kelopak yang harusnya mengatup,
Pikirpun tak mau berhenti
Masih asyik mencumbu waktu,

Ah.., entah berapa malam telah terlewat
Tak terhitung bilangannya
walau kadang tak satu baitpun terangkai
Tapi larut selalu membuat betah
Tanpa pulas...
sekedar tuk cari inspirasi
walau lebih sering tak kutemukan

Memang nasib penyair gelap,
Tak lagi sanggup nikmati nyenyak
Selalu bukan karena pengap
Tak pasti pula karena nyamuk

Sedikit insomnia,
Bercampur ambisi memburu inspirasi
Paling pantas didakwa dari semuanya

Otakku mulai error
Tapi...ah, tidur masih belum bisa ...
Aku rindu bermimpi
Rindu lelap,
Rindu....

Ajari Aku Berpuisi

Ajari aku berpuisi,
sampai kata-kataku mampu menembus nurani penguasa,
Membongkar kesombongan dan mencabik kemunafikan,
Sebab raga ini sudah sangat letih tuk' lakukan itu…

Ajari aku berpuisi,
Hingga kata-kataku sanggup menerobos nurani penguasa,
Memberi sedikit rasa iba dan kearifan di dinding kalbunya,
Sebab rakyat telah begitu lemah untuk ditindas!

Ajari aku berpuisi,
Karena aku pernah berkali-kali, coba berpuisi
Tapi kata-kataku cuma jadi gumam tanpa daya,
Aku tak bisa berpuisi,
atau penguasa yang tak punya nurani tuk' kugugah dengan puisi?
Tak perlu dijawab, cukup ajari aku berpuisi…!!!

Aku Berpuisi lagi

Aku berpuisi lagi,
Masih tetap berpuisi,
Walau anganku berkarat
Atau imajiku yang sekarat
Aku tak peduli,
Meski tak paham soal diksi
Si dungu ini akan terus berpuisi!

Tak ada yang mampu hentikan,
Hasrat liar penyair gelap ini,
Senggamahi kata demi kata-kata,
Lahirkan bait penuh makna

Andai semua pujangga
Menertawakan kebodohan ini,
Akan kupuisikan tawa itu
Menjadi teguran indah,
Penuh gairah yang kian membinal
Saat kusetubuhi kata demi kata
Lahirkan bait penuh makna

Aku suka berpuisi,
Meski tak paham soal diksi
Karena puisi adalah kebebasan…!!

Minggu, 17 Januari 2010

Jangan Paksa Aku Untuk Berkisah

Jangan paksa aku untuk berkisah!
karena semua kisahku hanyalah luka
Apa yang ingin kau dengar dariku?
Benarkah kau ingin mendengarnya?

Jangan paksa aku untuk bercerita!
Sebab semua ceritaku adalah perih
Apa yang ingin kau dengar dariku?
Bukankah kisah dan cerita kita sama?

Tentang negeri yang terampas,
Tentang rakyat yang tertindas,
Tentang keadilan yang tergilas
Dan entah tentang apa lagi....

Kita sudah tak punya kisah indah
Ketika kau dan aku memilih berhenti
Berjuang melawan kesenjangan
Melebur dalam tragedi ketidakberdayaan
Membeku dalam keputusasaan...
Padahal belum saatnya menyerah!

Kita sudah tak punya cerita indah
Sejak kau dan aku memilih diam
Saat tangis dan rintih jelata
Menebar di tiap sudut negeri
Kita hanya menjadi budak keserakahan
Serakah karena ketidakpedulian ini!

Jangan paksa aku untuk berkisah dan bercerita!
Aku ingin kita sama-sama mengulang sejarah
Jalan pulang itu masih yang dulu...
Meski tetap terjal bahkan semakin terjal
Ku mau kita menempuhnya...!

Jangan pernah ragu...
Kaki kita masih tetap kuat berpijak juga melangkah,
Tangan kita masih mampu terkepal
Jangan menyerah lagi...
Atau semua hanya berakhir menjadi kisah sedih
Yang benar-benar tak pantas kita ceritakan..!!!!