Sabtu, 10 April 2010

Penyair Hanya Pasti Tunduk Pada Yang Arif

Kita kelanakan asa dalam maya
Hanya raga yang tak bergeming
segala keangkuhan membuana
rata terpijak kesederhanaan
sebab karena itulah
semua tersatukan dalam kata

Menggelembung ragam arti
senyum, tangis, amarah, hingga perlawanan
kita sabdakan mengikuti alur emosi yang melata
Aku, kau, dia dan Kita
Tak ada jarak...

Sama sekali tak berjarak
Aku ada dalam puisimu
Kau di tiap baris sajakku
Dia melarik pada syair kau dan aku
Lalu kita tergumul di tilam-tilam makna

Kita wartakan setiap gejolak rasa
yang meruang dalam segala bentuk
mengikuti jejak-jejak musim
kadang senyum kita rangkai terlalu kecut
Tangis kita rinaikan tidak dengan suara
atau amarah kita lembutkan teramat samar
Dan perlawananpun berdarah-darah
tanpa kekejaman...

Takkan terbendung jika telah kita tintakan ilham
meski realitas tentang ketimpangan negeri
terkuak menelanjangi para elit
karena tangan penguasa tak mampu menjamah kita
seperti jelata yang tercekik kebijakannya
sebab kita adalah penyair
hanya pasti tunduk pada yang Arif.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar